Minggu, 09 Februari 2014

Interview Gagas Reader : Oktabri Erwandra


Menampilkan IMG_20131108_235705.jpg

Jika diibaratkan air (keruh), impian terpendam yang kumiliki sudah melimpah seperti sungai Musi. Dari sekian banyak impianku itu, yang beriak paling kencang ialah keinginan menjadi penulis. Baru saja tamat dari Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sriwijaya, berharap untuk bisa segera mengabdikan diri dan ilmunya di manapun Tuhan mengizinkan. Bisa disapa di linimasa @obrier_.


Kamu kenal sama gagasmedia dari mana sih?

Mulai ngeh suka baca  buku-buku GagasMedia itu di tahun 2011, waktu itu baca Infinitely Yours-nya Orizuka. Setelah itu, mulai ketagihan buku-bukunya Gagas, selalu nyari buku Gagas kalau ke Gramedia.



Yang membuat kamu suka sama gagas apa?

Yang bikin aku suka Gagas itu ceritanya yang beragam dan gak biasa. Kebanyakan membawa hal-hal baru yang jarang ditemui di buku-buku lain. Juga karena sampul dan layout yang keren dan menarik!


Ada penulis gagas favorit?

Penulis favoritku itu Mbak Windry Ramadhina, selain suka karya-karyanya, aku juga suka Mbak Windry yang baik dan mau diajak berdiskusi tentang kepenulisan. Aku juga suka Mbak Riri Sardjono dan Nilam Suri, novel-novel mereka keren! Yakin kalau banyak #GagasAddict yang lain sependapat denganku. Hehehe


Kalau, 5 novel Gagas terfavoritmu apa?

Sebenernya aku pernah bikin list buku GagasMedia favoritku. Berhubung dipinta 5, jadi aku edit sedikit. Berikut 5 buku GagasMedia yang kupilih sebagai buku terfavorit dengan beragam alasan:
1. Montase
Buku ini yang pertama kali membuatku ketagihan membaca buku-buku GagasMedia. Membeli buku ini sekitar bulan Februari namun baru kubaca sekitar bulan April. Aku menunda-nunda menyentuh buku ini karena semula mengira jika buku ini hanya ikut-ikutan tren buku-buku berlatar luar negeri yang tengah hits saat itu (mis. Korea, Jepang, dll). Setelah kucoba membaca beberapa bab awal, aku meneguk ludah, ternyata kesinisanku di awal salah besar. Buku ini membuatku seolah tersihir, menamatkannya dalam dua-tiga hari saja (untuk ukuran pribadiku, dua-tiga hari untuk satu buku itu tergolong cepat, sangat cepat). Setelah menamatkannya, aku merasa 'penuh' dan 'lapar' sekaligus. Setelah itu, aku memutuskan untuk mulai mencintai Windry Ramadhina dan mulai mencari buku-bukunya yang lain.

2. Memori
Setelah jatuh cinta untuk yang pertama kalinya pada Windry Ramadhina melalui Montase, aku jatuh cinta lagi beberapa minggu berikutnya pada Mbak Windry melalui Memori. Aku begitu memuja kisah Mahoni, Simon, Sigi, dan lainnya ini. Mbak Windry mengemas kisah yang tak melulu tentang cinta dengan cerdas! Amat cerdas. Baiklah, memang tak tepat jika kukatakan Memori ini tak melulu tentang cinta. Kisah percintaan memang tak begitu dominan, tetapi cukup banyak prosinya dalam novel ini. Setelah 'penuh' dan 'lapar', aku menemukan rasa lain setelah membaca novel ini. Hangat. Sampai hari ini, buku ini adalah buku favoritku, dan mungkin akan lama mendiami deretan buku terbaik menurutku pribadi.

3. London: Angel
Yup! Lagi-lagi Windry Ramadhina. Jangan heran melihatku begitu memuja penulis yang satu ini. Memang aku belum pernah bertemu secara langsung, tapi, melalui jawaban-jawaban beliau untuk pertanyaan bawelku di surel, tulisan beliau di blog pribadinya, juga cara beliau memperlakukan pemuja karya-karyanya di media sosial. Beliau memang layak untuk diidolakan, tidak hanya karya-karyanya tetapi juga kepribadian beliau. Duh, jadi melenceng begini, kan. Hehehe. Begini, novel ini membuatku menemukan rasa yang lain lagi setelah menuntaskannya. Sendu. Sesuai dengan apa yang diungkapkan Mbak Windry tentang karyanya yang satu ini, aku memang menemukan rasa itu. Lagi-lagi, aku berjodoh dengan karya beliau yang kali ini berwarna merah menyala, senada dengan warna booth telepon umum dan bus bertingkat di London.

4. Infinitely Yours
Seingatku, ini novel pertama dari GagasMedia yang kubaca. Novel ini membuatku begitu ingin beralih dari menulis fanfiksi ke menulis sebuah novel. Meski fanfiksi yang kubuat saat itu tidak seberapa bagus, aku yakin jika aku bisa belajar untuk menulis sebaik Orizuka mengisahkan novel ini. Sejak itu, aku memulai perjalananku yang baru, dengan tujuan utama:MENJADI SEORANG PENULIS NOVEL. Tentang novel ini, aku tidak begitu berprasangka jika novel ini memplagiat film Thailand, Hello Stranger. Meski ide dasarnya mirip, aku mendapati novel ini dieksekusi dengan cara yang berbeda. Secara keseluruhan, novel ini menyenangkan.

 5. Marriageable
Mencengangkan! Begitu blak-blakan, jujur, rame, spontan. Ini novel yang benar-benar apa adanya, gak berusaha untuk terlihat cerdas karena pada dasarnya deskripsi, dialog, dan celetukan-celetukan dalam novel ini memang betul-betul cerdas. Bertajuk novel dewasa karena memang isinya berkisar tentang kehidupan sehari-hari sekumpulan manusia dewasa metropolitian yang begitu kritis dan kadang tanpa sungkan menertawakan kekonyolan mereka sendiri. Menghibur.

Sebenernya masih banyak yang kufavoritkan, Cruise Chronicle, Dance for Two, Melbourne, Orange, After Rain, Camar Biru, dst.


Ada pengalaman mengesankan kamu bareng gagasmedia?

Pengalaman mengesankanku dengan Gagas itu waktu naskahku masuk 20 besar di kompetisi 7 Deadly Sins tahun lalu. Walaupun gak masuk 7 besar, tapi aku senang karena naskah kami yang gak menang akan dipertimbangkan untuk terbit. Mohon doanya supaya aku mendapat kabar baik itu. Hehehehe

Pasti di doakan! :)
Kamu ingin jadi penulis kan? Selain 7 deadly sins pernah coba kirim naskah ke gagas gak?

Sejauh ini aku baru berani kirim naskah untuk 7 Deadly Sins aja. Tapi sekarang lagi proses merampungkan outline untuk memenuhi undangan terbuka GagasMedia di lini baru Relationship Romance dan BOSS. Lagi-lagi aku mohon doanya agar dua naskah ini segera rampung ;)

Oh ya, sejauh ini novel gagasmedia kamu ada berapa sih?

Novel Gagasku baru sekitar seratus buku, kurang lebih. Tapi sejak awal tahun ini belum nambah koleksi lagi karena krisis keuangan, maklum belum kerja

Banyak banget! Admin aja gak sampai 100! *malu* Kalau editor gagas paling suka siapa? Hehehe

Wah, Admin jangan mau kalah, ayo kumpulin lagi buku-buku Gagas-nya. Semangat! Aku suka Abang Christian Simamora karena ramah, suka berbagi ilmu #NotestoWriter di Twitternya. Aku juga suka Mbak Jia karena suka ngadain Tantangan Nulis.  Kalau Admin suka editor yang mana?

Suka semua! Oke deh. Harapan kamu buat gagas apa? :)

Harapanku untuk Gagas ialah semoga terus berlari paling depan diantara penerbit Roman Remaja/Dewasa Muda lainnya. Terus menjadi tempat bagi para penulis muda menelurkan karya-karyanya. Cerita-ceritanya makin baik, makin beragam, cover & layout-nya tambah menarik. Terus menggagas!!
Untuk Admin, semoga terus baik hati, rendah hati, dan semangat menyebar virus GagasMedia. Terima kasih untuk kesempatan wawancaranya.

Untuk GagasAddict yang kebetulan membaca artikel wawancara ini, salam hangat terdahsyat. *eh*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar