Minggu, 12 Januari 2014

[REVIEW] London:Angel, by Windry Ramadhina

Judul Buku          : London: Angel
Pengarang          : Windry Ramadhina
Penerbit              : Gagas Media
Jumlah Halaman : 330 halaman
My Rating           : 4.5 of 5

( bersumber dari Goodreads)


BLURB

Pembaca tersayang,

Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye.


Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?

Setiap tempat punya cerita.
Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.

Enjoy the Journey,

Editor



THE AUTHOR

Windry Ramadhina lahir dan tinggal di Jakarta, berprofesi sebagai arsitek lepas dan mendirikan biro desain sendiri. Ia mulai menulis fiksi sejak medio 2007 di kemudian.com dengan pseudonim miss worm. Pada tahun 2008, ia terpilih menjadi peserta Bengkel Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta. Ia menerbitkan novel pertamanya, Orange, pada tahun yang sama dan dinominasikan sebagai Penulis Muda Berbakat dalam Khatulistiwa Literary Award. Pada tahun 2009, ia kembali dinominasikan untuk kategori Prosa Terbaik lewat novel "Metropolis". Waktu luangnya diisi dengan wisata kuliner di sejumlah mal Jakarta Selatan, mendengarkan musik gubahan L'Arc~en~Ciel, menonton film, membaca buku, dan bermain dengan gadis kecil kesayangannya.
(Sumber: Website GagasMedia)


MY SUMMARY

Gilang jatuh cinta pada sahabat masa kecilnya, Ning. Tapi, sebelum dia sempat menyatakan perasaannya pada Ning, gadis itu udah pindah ke London untuk kuliah dan lanjut kerja. Akhirnya, atas dukungan teman-temannya, Gilang berangkat ke London untuk menemui Ning. Sesampainya di sana, Ningnya malah lagi pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Gilang emang sengaja nggak kasih tau Ning tentang kedatangannya, buat jadi kejutan, katanya. Eh, malah dia sendiri yang terkejut. Hihihi.
Selama menunggu kepulangan Ning, dia bertemu dengan seorang gadis berambut ikal berwarna emas yang sangat cantik bak malaikat. Gilang manggil cewek itu Goldilocks, karna mirip katanya. Anehnya, Goldilocks itu selalu menghilang saat hujan berhenti. Dia meninggalkan payung merahnya begitu aja, dan Gilang pun membawa payung itu pulang. Dia bertemu beberapa kali dengan gadis itu, tapi nggak pernah berhasil mendapatkan jawaban mengenai kemisteriusan si Goldilocks.

Gilang berteman baik dengan Ed – pelayan di motel tempatnya menginap, dan Mister Loweslie – pemilik toko buku di seberang motelnya. Dia juga bertemu dengan Ayu, gadis pengoleksi buku cetakan pertama yang juga berasal dari Indonesia dan sedang berlibur ke London. Saat Ning pulang, dia benar-benar kaget akan kedatangan sahabatnya itu. Mereka pun menggunakan sisa waktu Gilang yang singkat – dia hanya di sana selama lima hari, sebaik-baiknya. Suatu hari, mereka bertemu dengan seorang seniman yang sangat dikagumi oleh Ning, Finn – begitu Gilang memanggilnya. Mirip namaku, ya :3 Anyway, Gilang menyadari perbedaan pada Ning ketika dia berada di sekitar Finn.

Awalnya, Gilang cuek aja - berusaha cuek, tepatnya. Dia tetap menyatakan perasaannya pada Ning. Tapi, waktu Ning menerima cintanya, dia malah melepas gadis itu, karena dia tau Ning cintanya sama Finn, bukan dirinya. Dia nggak mau maksa Ning. Banyak hal yang terjadi selama lima hari Gilang di London. Payung merah milik Goldilocks itu membawa keajaiban cinta bagi orang-orang di sekitar Gilang. Mister Loweslie akhirnya mendapat cinta dari Madam Maudge, pemilik motel tempat Gilang menginap, berkat payung itu. Lalu, pria yang duduk di sebelah Gilang selama penerbangan ke London, nggak jadi bercerai dengan istrinya, juga berkat payung itu. Lalu Ning, yang cintanya dibalas oleh Finn, juga berkat payung itu. Bagaimana dengan Gilang? Tanpa disangka, dia pun menerima keajaiban cintanya sendiri, lagi-lagi berkat payung merah itu.


MY COMMENTARY
Kisah yang menarik, menggabungkan mitos (awalnya aku sebutin mitosnya apa di review ini, tapi, setelah dipikir-pikir, jangan, ah, nggak seru, nanti. Walaupun dari awal udah bisa nebak, sih...) dan kenyataan. Penuh misteri, nggak ketebak kemana jalan ceritanya. Sudut pandang orang pertama – sisi Gilang, jadi kita bisa mendalami karakternya dengan baik. Pendeskripsian setting yang luar biasa, membawa kita berkeliling kota London yang lembab. Aku jadi makin pengen ke sana! Benar-benar menyenangkan. Aku bisa ngebayangin setiap adegan dengan jelas. Penggambaran fisik tokoh dan suasana yang terbentuk juga bagus, jadi segalanya benar-benar terasa nyata.

Konflik yang ada sih kebanyakan konflik batin, dan rata-rata masalah cinta, tapi pengembangannya apik, jadi tetap terasa fresh. Bisa dibilang, kisah ini berakhir bahagia, tapi di sisi lain, masih menggantung. Open ending. Katanya sih, bakal ada lanjutan. Yay! Aku bener-bener jatuh cinta sama covernya – warna merah terang dengan tulisan “London” yang terkesan royal. Kece abis! Intinya, novel ini worth to read. RecommendedGood job, kak! Keep writing ;D


Review by @alfindyagyputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar