Penulis : Ruwi Melita
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2013
Dahulu, dia pernah bercerita:
“Ada sebuah jalan setapak mistis yang membentang sejauh dua kilometer
dan menghubungkan dua desa. Konon, jalan itu bisa membuktikan cinta sepasang
kekasih. Berjalanlah dari arah berlawanan dan bila kau setia, kau akan bertemu
kekasihmu tepat di bawah sebuah pohon besar.”
Dia berjanji, bahwa cinta kami begitu tulus hingga jalan setapak
semacam itu tidak akan memisahkan kami. Namun, kini dia tak lagi di sisiku, dan
aku harus menahan perihnya patah hati. Bagaimana bisa aku melupakannya,
sementara ke mana pun aku pergi, dapat kuhidu aroma tubuhnya?
*
Saya geram luar biasa.
Selepas membaca “Cruise
Chronicle”, saya gatal ingin melempar novel ini ke dinding dan berteriak,
“Kenapa saya tidak bisa menulis sebaik ini?”
Jadi, tampaknya sudah
terbayang sebagus apa novel ini, kan?
Namun, sebelumnya, saya
akan bercerita sedikit. “Cruise Chronicle” berkisah tentang pengalaman
berpesiar dari empat tokoh utama: Reya, Langit, Mushashi, dan Sirens. Temanya
sama: to find the true love. Ruwi Meita lalu membalutnya dengan latar kota-kota
eksotis di Eropa dan bumbu politik yang pas takarannya. Saya juga kagum dengan
risetnya yang tidak main-main.
“Cruise Chronicle” hampir
tak bercela. Saking nikmatnya, saya memaklumi percakapan Langit dan Reya di
satu bab yang agak lebai–by that mean, kata-katanya terlalu puitis untuk sebuah
percakapan. Tapi, ya, sudahlah. Ruwi berhasil menahan saya di tempat tidur
seharian penuh.
Rate: 4/5. Saya berhasil
menahan hasrat untuk tidak melempar novel ini. Satu saat, saya akan kembali
melahapnya.
Selamat berpesiar
menemukan cintamu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar