Kamis, 02 Januari 2014

[Review] After Rain, Anggun Prameswari

 
Penulis : Anggun Prameswari
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2013

Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu.
Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.
Ini yang kau sebut cinta?
Menunggumu bukan pilihan.

Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa.
Dan jika ternyata dia yang ada di sana, sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan,
saat kami saling menyembuhkan–salahkah itu?
*
Saya sudah akrab dengan nama Anggun Prameswari dari beberapa cerita pendeknya. Jadi, begitu cover–dari cover-nya, dong–”After Rain” rilis, saya penasaran pengin baca (sekaligus iri–the cover is one of the sweetest ones).
“After Rain”–saya suka hujan. Sebelumnya, ada Windry Ramadhina yang membuat saya ‘kehujanan’ (baca: gundah gulana) di novel “LONDON: Angel”. Ternyata, Anggun juga melakukan hal yang sama… dengan cara yang berbeda, tentunya.
Dituturkan dari sudut pandang orang kesatu, “After Rain” membawa saya hanyut bersama kisah Serenade Senja (Seren) dan hubungannya dengan Bara yang, err, terlarang. Seren pada awalnya berusaha mempertahankan jalinan asmara mereka. Namun, semakin lama Seren kian tersiksa. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Si Gunung Es, Elang.
Sampai situ aja, nanti jadi spoiler.
Saya sangat, sangat menikmati “After Rain” dan hanya butuh waktu kurang dari sehari untuk menuntaskannya. Sayangnya, masih ada beberapa kesalahan ketik, plus kata-kata rancu seperti yang saya temukan di halaman 42: ‘tubuhku kami’. Maksudnya mungkin ‘tubuh kami’, ya? Tapi, gangguan kecil tadi tidak menurunkan mood saya untuk terus membaca.
Rate: 4.5/5. Kudos, Anggun Prameswari. Jangan tanya selumer apa saya waktu membayangkan Elang menyanyikan lagu Secondhand Serenade.

erl.
@erlinberlin13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar