Judul: Let Go
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gagas Media
4 of 5 stars
Caraka Pamungkas. Kelas X. Baru saja menginjak SMA
selama empat bulan, namun sudah dua kali membuat onar karena berkelahi.
Raka—panggilan akrab Caraka, adalah seorang remaja
laki-laki yang selalu berbuat sesuatu tanpa harus repot-repot berpikir terlebih
dahulu. Karena kecerobohannya serta sikapnya yang tanpa sadar selalu ikut
mencampuri orang lain itu, Raka dihadapkan dengan sebuah hukuman mengurus
mading sekolah bernama
Veritas yang mengharuskannya mengenal Nathan, Nadya, dan Sarah. Tiga orang teman sekelasnya yang memiliki kepribadian rumit yang berbeda-beda. Buka hanya itu saja, Raka pun harus menelan kenyataan pahit bahwa dua di antara orang itu benar-benar bersikap menyebalkan terhadapnya.
Veritas yang mengharuskannya mengenal Nathan, Nadya, dan Sarah. Tiga orang teman sekelasnya yang memiliki kepribadian rumit yang berbeda-beda. Buka hanya itu saja, Raka pun harus menelan kenyataan pahit bahwa dua di antara orang itu benar-benar bersikap menyebalkan terhadapnya.
…
“Satu ruangan dengan Zombie berlidah tajam, Ratu
Salju, dan si cengeng penakut itu, entah kenapa bikin jarum jam terasa nggak
bergerak ke mana pun.”
…
Selama beberapa waktu, Raka merasa hidupnya sangat
menjengkelkan. Terus menerus berhadapan dengan Nathan yang sangat membencinya,
Nadya yang begitu sinis dan menganggap dirinya selalu bisa melakukan semua hal,
serta Sarah yang terlihat begitu rapuh dan pemalu.
Sampai akhirnya, sebuah peristiwa membuat Raka
mengetahui rahasia besar Nathan yang menjadi alasan laki-laki itu selalu
bersikap dingin kepada semua orang. Lalu, sebuah kebetulan manis yang
terus-menerus terjadi di antara ia dan Nadya, membuatnya tanpa sadar telah
lebih dekat dengan gadis itu. Perlakuan terlalu baiknya kepada Sarah pun
memiliki efek yang tidak Raka ketahui dirasakan oleh gadis pemalu itu.
…
“Semua orang bisa bersikap seolah-olah mereka
berumur panjang kayak kamu ini,” kata Nathan sambil tersenyum sinis.
…
“Sebenarnya, kamu nggak perlu repot-repot
menolongku.” kata Nadya dalam perjalanan.
"Aku lupa," jawabnya kemudian. "Aku
lupa kamu juara judo. Yang ada dipikiranku, cuma kamu itu cewek, sisanya
badanku bergerak sendiri."
Nadya terdiam, tetapi kemudian Caraka merasakan
samar-samar tangan Nadya menyentuh punggungnya.
…
“Makasih, ya….”
Cara mengangkat bahu. “You are welcome.”
"Apa yang sudah kamu lakukan sangat berarti
buatku," kata Sarah.
…
Sebuah konflik tersirat tanpa sadar terjadi pada
hubungan Raka-Nadya-Sarah. Nathan yang memang selalu menjadi yang paling peka,
sebenarnya sudah melihat apa yang akan terjadi dengan mereka. Diam-diam, cowok
itu pun hanya bisa membantu Raka dari belakang, tanpa siapa pun mengetahuinya.
…
Caraka menelan ludah. Kata-kata Nathan menghujam
tepat ke sasaran.
"Aku pernah bilang, kan, suatu saat, kamu
akan melakukan sesuatu yang lebih sadis daripada yang kulakukan,"
tambahnya. "Lihat sekarang."
…
Lagi-lagi, Raka terjebak dalam urusan orang lain,
yang membuatnya belajar banyak tentang sesuatu yang selama ini ia takuti,
kehilangan.
—-Let Go—-
Sebenarnya aku sudah pernah me-review novel ini di
goodreads. Tetapi, karena sudah sulit mencarinya, aku akan menulisnya lagi di
sini.
Firstly, let me to tell you that I have some
personal story with this book; ini adalah novel Gagas Media pertama yang kubeli
juga kubaca, dan akhirnya menjadi pengawal cerita yang membuat Gagas Media
menjadi penerbit favoritku. Sampai sekarang.
Seperti kata Kak Windhy, cerita dalam novel ini
bisa dibilang ‘slow-pop’. Kita dibawa kepada para tokoh khas remaja dan
masalah-masalah sederhananya.
Yeah, novel ini memang sederhana.
Ya, diksinya. Ya, alurnya. Ya, konfliknya. Namun,
aku menemukan pesan yang begitu dalam di novel ini, yang mungkin tidak dapat
kutemukan pada novel-novel lainnya. Kak Windhy membuatku percaya, bahwa penulis
cerdas bukan hanya dilihat dari tutur setiap kalimatnya yang begitu tinggi dan
sukar dimengerti. Tetapi, dari setiap makna dan pesan yang tersirat di dalam
tulisan itu sendiri.
I love the character so much! Mostly, Caraka. Aku
suka sifatnya yang kelewat baik dan tidak macam-macam. Sederhana namun
mematikan :p
Oh, ya. Aku suka hint-hint dialog Raka dan Nadya
di sini. I love the way Raka and Nadya feels enjoy theirself each other. Aku
suka pertemuan-pertemuan manis mereka. Pokoknya aku suka ada Raka dan Nadya di
novel ini. Bahkan, adegan confession Raka di novel ini adalah adegan yang
PALING SERING kubaca ulang. Karena kupikir, mereka manis sekali:’)
Overall, I really like it. Di samping penulisan
Kak Windhy yang terkadang keseleo memakai kata ‘kau’ atau ‘kamu’, novel ini
menjadi salah satu novel favoritku. Indeed!
So, when your next project will be publish, Kak
Wind? Can’t wait, lho;p
Sign,
Hidya
@hidyanuralfi
@hidyanuralfi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar