Aku Tahu Kamu Hantu
Penulis: Eve Shi
Editor: Alit Tisna Palupi
Desain dan ilustrasi sampul: Levina Lesmana
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-652-9
Cetakan pertama, 2013
269 halaman
Buntelan dari @GagasMedia
Banyak yang bilang kalau buku ini menakutkan, bahkan sampai berpengaruh ke kehidupan nyata bagi beberapa pembacanya. Saya nggak takut, suer deh, saya pernah bilang kan di review Danur kalau saya punya teman kuli
ah yang mempunyai kemampuan bisa melihat makhluk tak kasat mata? Saya pun bekerja di tempat yang masuk kategori serem kalau di malam hari, jadi yah, sudah biasa. Alasan saya menunda-nunda baca buku ini padahal udah punya dari tahun lalu karena.... moodnya lagi nggak bagus baca genre horor XD. Sebenernya baca buku ini semalam pun nggak direncana, saya baca tweet seseorang yang mereview buku ini, penasaran lah saya, maklum orang kepo.
Ada yang menyarankan jangan baca di malam hari kalau nggak ingin merasakan aura seramnya, ada lagi yang nyemangatin baca, suruh lihat-lihat dulu gambarnya dari awal sampai akhir, perasaan nggak enak nih, pasti ada apa-apanya antara satu gambar dengan gambar yang lain, ternyata......tebakan saya bener, untung saya nggak penakut. Saya mulai baca pada pukul sebelas malam dan selesai pada pukul tiga pagi. Iya, emang uji nyali, habisnya rasa kepo mengalahkan rasa takut. Selesai membaca buku ini, saya tidur dengan menahan rasa ingin pipis.
Entah mitos atau beneran, teman saya yang memiliki kemampuan seperti Liv ini mendapatkan kemampuan istimewa dari neneknya, dan dia anak pertama, sama seperti Liv. Hanya saja saya lupa apakah dari kecil dia sudah mampu 'melihat' atau setelah berumur tujuh belas tahun saya lupa. Dan cerita Aku Tahu Kamu Hantu ini mengingatkan saya sama anime Ghost at School, dulu suka banget nontonnya, hehehe, suka banget sama sountracknya dan menjadikan lagu yang dimainkan hantu Alise lewat piano menjadi salah satu lagu horor :p.
Kembali ke cerita buku ini. Olivia atau Liv di ulang tahunnya yang ketujuh belas mendapati kemampuan yang lain daripada yang lain, bisa melihat hantu. Awalnya dia tidak menyadari, baru setelah melihat teman sekolahnya Frans, yang hilang beberapa hari dengan muka habis ditonjok, sesuatu yang aneh di kamar mandi sekolah dan Chandra, tetangganya yang meninggal karena kecelakaan mobil mengetuk-ngetuk jendela kamarnya pada malam hari, padahal kamarnya ada di lantai dua, mau nggak mau Liv menjadi was-was. Untungnya ibunya tahu itu akan terjadi pada Liv, dan dia meminta Liv untuk menemuinya dan menceritakan keahlian yang turun temurun di keluarga mereka.
Saran ibu Liv adalah abaikan saja, lama-lama nanti juga terbiasa. Tapi ketika melihat Frans yang terlihat sangat muram dan memandang penuh dendam kepada Arwin, teman sekelasnya, membuat Liv harus mencari tahu. Dia menceritakan kalau Frans sudah meninggal dan masih berada di sekolah kepada sahabatnya, Daniel, tapi dia malah menjauhi Liv dan mengatakan kalau dia seharusnya menyelesaikan masalah keluarganya dulu. Liv sangat kecewa, dia harus berjuang sendirian.
Kuncinya ada pada anggota Terrific Trio; Stefan, Arwin dan Bayu. Pasti ada apa-apanya dengan mereka karena Frans terlihat sangat benci pada mereka, belum lagi Stefan, menyilet tas Saras, dan membuat dia ketakutan di sekolah. Terrific Trio adalah anak kaya raya dan pandai, disayangi para guru. Kalau Liv langsung menuduh Stefan membully Saras, dia hanya akan dibilang memfitnah karena mereka dipuja banyak orang. Kenyataannya dia juga mengalaminya sendiri, bahunya di pukul Stefan gara-gara dia menyukai Bayu, tapi dia tidak bisa berbuat banyak.
Karena Liv merasa harus membantu Frans agar bisa pulang dengan damai, dia membuat keputusan paling nekat dan berani. Frans tidak bisa bicara, tapi dia bisa menunjukkan. Dengan alasan menginap di rumah temannya, Kenita -Liv tidak menyangka kalau teman sebangkunya itu yang judes dan jarang berbicara menjadi orang yang paling dipercaya Liv untuk menjaga rahasia dan berkorban demi dirinya- Liv akan menyusuri sekolah di malam hari bersama Frans, mencari mayatnya.
Saya rasa, kelebihan penulis adalah dia pandai menakut-nakuti pembaca. Dia sukses membangun atmosfer seram waktu menceritakan sesuatu yang aneh di sekitar Liv, bagian mengetuk-ngetuk jendela itu sumpah serem banget. Di lain hal, dia juga bisa menciptakan suasana santai, khas bacaan teenlit, dengan karakter yang menyenangkan, seperti teman sekelas Liv yang 'ramai'. Seperti ada dua aura yang muncul bersamaan di novel ini, ceria dan suram, penulis bisa membaginya dengan adil, deskripsinya pun jelas dan mencekam :D. Jadi, buku ini tidak hanya bercerita tentang seorang cewek yang bisa melihat hantu dan dikehidupan nyata mempunyai masalah keluarga, tetapi seperti teenlit, suka dukanya menjadi remaja, suka sama teman sekelas dan ditindas orang populer di sekolah.
Untuk karakternya sendiri, saya suka dengan Liv, dia cewek yang kuat, nggak menye-menye ketika tahu dia dibebani keahlian yang nggak semua orang bisa menerimanya, dan dia berani, tidak hanya menghadapi kekuatannya tapi juga mengatasi masalah perceraian orangtuanya dan genjetan dari Terrific Trio. Saya juga suka Kenita, sinis tapi setia kawan, dan sebel banget sama Daniel, dia menghindar kalau Liv bercerita tentang Frans, ternyata ada sesuatu yang disembunyikan dan penulis menyimpannya untuk ending.
Berbicara tentang kekurangan, saya nggak tahu maksud cover buku ini apa, bagus sih tapi nggak menakutkan. Dan sebenarnya saya ingin tahu lebih banyak tentang Terrific Trio, penulis kurang mengeksplor mereka, hanya dijelaskan kalau mereka kaya raya, ada salah satu dari mereka keluarganya berantakan, itu saja. Karena, kalau melihat dari sifat mereka yang semena-mena bahkan melakukan tindakan kejahatan sampai berani memukul cewek, berarti dia sakit. Daniel pun juga tidak banyak diulas, justrus Kenita yang awalnya seperti pemeran pembantu tidak berarti malah seperti pahlawan di akhir. Romancenya kurang berasa, hehehehe. Dan untuk endingnya, kurang greget, seharusnya bisa lebih wow lagi :p
Buku ini mendukung banget untuk dijadikan cerita berseri, melihat genre horor belum terlalu booming di sini dan masih banyak hantu-hantu di sekolah yang memerlukan pertolongan Liv, hehehe. Saya nggak mau mengakui, okelah saya suka karyanya Edgar Allan Poe, Risa Saraswati, dan Eve Shi akan menjadi salah satunya juga melihat saya cukup menikmati buku ini, saya nggak akan langsung bilang kalau genre horor menjadi favorit, saya hanya menyukai cerita beraura suram XD.
Saya rekomendasikan banget buat kamu yang ingin uji nyali, sarannya sih baca di malam jumat kliwon =))
3.5 sayap untuk hantu di kamar mandi, hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
ah yang mempunyai kemampuan bisa melihat makhluk tak kasat mata? Saya pun bekerja di tempat yang masuk kategori serem kalau di malam hari, jadi yah, sudah biasa. Alasan saya menunda-nunda baca buku ini padahal udah punya dari tahun lalu karena.... moodnya lagi nggak bagus baca genre horor XD. Sebenernya baca buku ini semalam pun nggak direncana, saya baca tweet seseorang yang mereview buku ini, penasaran lah saya, maklum orang kepo.
Ada yang menyarankan jangan baca di malam hari kalau nggak ingin merasakan aura seramnya, ada lagi yang nyemangatin baca, suruh lihat-lihat dulu gambarnya dari awal sampai akhir, perasaan nggak enak nih, pasti ada apa-apanya antara satu gambar dengan gambar yang lain, ternyata......tebakan saya bener, untung saya nggak penakut. Saya mulai baca pada pukul sebelas malam dan selesai pada pukul tiga pagi. Iya, emang uji nyali, habisnya rasa kepo mengalahkan rasa takut. Selesai membaca buku ini, saya tidur dengan menahan rasa ingin pipis.
Entah mitos atau beneran, teman saya yang memiliki kemampuan seperti Liv ini mendapatkan kemampuan istimewa dari neneknya, dan dia anak pertama, sama seperti Liv. Hanya saja saya lupa apakah dari kecil dia sudah mampu 'melihat' atau setelah berumur tujuh belas tahun saya lupa. Dan cerita Aku Tahu Kamu Hantu ini mengingatkan saya sama anime Ghost at School, dulu suka banget nontonnya, hehehe, suka banget sama sountracknya dan menjadikan lagu yang dimainkan hantu Alise lewat piano menjadi salah satu lagu horor :p.
Kembali ke cerita buku ini. Olivia atau Liv di ulang tahunnya yang ketujuh belas mendapati kemampuan yang lain daripada yang lain, bisa melihat hantu. Awalnya dia tidak menyadari, baru setelah melihat teman sekolahnya Frans, yang hilang beberapa hari dengan muka habis ditonjok, sesuatu yang aneh di kamar mandi sekolah dan Chandra, tetangganya yang meninggal karena kecelakaan mobil mengetuk-ngetuk jendela kamarnya pada malam hari, padahal kamarnya ada di lantai dua, mau nggak mau Liv menjadi was-was. Untungnya ibunya tahu itu akan terjadi pada Liv, dan dia meminta Liv untuk menemuinya dan menceritakan keahlian yang turun temurun di keluarga mereka.
Saran ibu Liv adalah abaikan saja, lama-lama nanti juga terbiasa. Tapi ketika melihat Frans yang terlihat sangat muram dan memandang penuh dendam kepada Arwin, teman sekelasnya, membuat Liv harus mencari tahu. Dia menceritakan kalau Frans sudah meninggal dan masih berada di sekolah kepada sahabatnya, Daniel, tapi dia malah menjauhi Liv dan mengatakan kalau dia seharusnya menyelesaikan masalah keluarganya dulu. Liv sangat kecewa, dia harus berjuang sendirian.
Kuncinya ada pada anggota Terrific Trio; Stefan, Arwin dan Bayu. Pasti ada apa-apanya dengan mereka karena Frans terlihat sangat benci pada mereka, belum lagi Stefan, menyilet tas Saras, dan membuat dia ketakutan di sekolah. Terrific Trio adalah anak kaya raya dan pandai, disayangi para guru. Kalau Liv langsung menuduh Stefan membully Saras, dia hanya akan dibilang memfitnah karena mereka dipuja banyak orang. Kenyataannya dia juga mengalaminya sendiri, bahunya di pukul Stefan gara-gara dia menyukai Bayu, tapi dia tidak bisa berbuat banyak.
Karena Liv merasa harus membantu Frans agar bisa pulang dengan damai, dia membuat keputusan paling nekat dan berani. Frans tidak bisa bicara, tapi dia bisa menunjukkan. Dengan alasan menginap di rumah temannya, Kenita -Liv tidak menyangka kalau teman sebangkunya itu yang judes dan jarang berbicara menjadi orang yang paling dipercaya Liv untuk menjaga rahasia dan berkorban demi dirinya- Liv akan menyusuri sekolah di malam hari bersama Frans, mencari mayatnya.
Saya rasa, kelebihan penulis adalah dia pandai menakut-nakuti pembaca. Dia sukses membangun atmosfer seram waktu menceritakan sesuatu yang aneh di sekitar Liv, bagian mengetuk-ngetuk jendela itu sumpah serem banget. Di lain hal, dia juga bisa menciptakan suasana santai, khas bacaan teenlit, dengan karakter yang menyenangkan, seperti teman sekelas Liv yang 'ramai'. Seperti ada dua aura yang muncul bersamaan di novel ini, ceria dan suram, penulis bisa membaginya dengan adil, deskripsinya pun jelas dan mencekam :D. Jadi, buku ini tidak hanya bercerita tentang seorang cewek yang bisa melihat hantu dan dikehidupan nyata mempunyai masalah keluarga, tetapi seperti teenlit, suka dukanya menjadi remaja, suka sama teman sekelas dan ditindas orang populer di sekolah.
Untuk karakternya sendiri, saya suka dengan Liv, dia cewek yang kuat, nggak menye-menye ketika tahu dia dibebani keahlian yang nggak semua orang bisa menerimanya, dan dia berani, tidak hanya menghadapi kekuatannya tapi juga mengatasi masalah perceraian orangtuanya dan genjetan dari Terrific Trio. Saya juga suka Kenita, sinis tapi setia kawan, dan sebel banget sama Daniel, dia menghindar kalau Liv bercerita tentang Frans, ternyata ada sesuatu yang disembunyikan dan penulis menyimpannya untuk ending.
Berbicara tentang kekurangan, saya nggak tahu maksud cover buku ini apa, bagus sih tapi nggak menakutkan. Dan sebenarnya saya ingin tahu lebih banyak tentang Terrific Trio, penulis kurang mengeksplor mereka, hanya dijelaskan kalau mereka kaya raya, ada salah satu dari mereka keluarganya berantakan, itu saja. Karena, kalau melihat dari sifat mereka yang semena-mena bahkan melakukan tindakan kejahatan sampai berani memukul cewek, berarti dia sakit. Daniel pun juga tidak banyak diulas, justrus Kenita yang awalnya seperti pemeran pembantu tidak berarti malah seperti pahlawan di akhir. Romancenya kurang berasa, hehehehe. Dan untuk endingnya, kurang greget, seharusnya bisa lebih wow lagi :p
Buku ini mendukung banget untuk dijadikan cerita berseri, melihat genre horor belum terlalu booming di sini dan masih banyak hantu-hantu di sekolah yang memerlukan pertolongan Liv, hehehe. Saya nggak mau mengakui, okelah saya suka karyanya Edgar Allan Poe, Risa Saraswati, dan Eve Shi akan menjadi salah satunya juga melihat saya cukup menikmati buku ini, saya nggak akan langsung bilang kalau genre horor menjadi favorit, saya hanya menyukai cerita beraura suram XD.
Saya rekomendasikan banget buat kamu yang ingin uji nyali, sarannya sih baca di malam jumat kliwon =))
3.5 sayap untuk hantu di kamar mandi, hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
by, @peri_hutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar